Puisi Esai:
M A R I A M A
Oleh Sarinah
Adzan berkumandang,
Langit gelap di atas pelabuhan Soekarno-Hatta
Kulihat perempuan bergelantungan di tali kapal.
Ngeri.
Ia panjat tali kapal itu
Ini bukan tentang garis nasib,
Ini tentang Mariama
Tentang perjuangan seorang perempuan di tengah ketidakadilan.
Tentang kemelaratan karena sistem neokolim bangsa sendiri.
Asal kamu!
Ia bukan gadis lagi
Usianya seperempat abat tahun.
Ia bukan politisi,
Dan bukan pula pejabat tinggi.
Ia seorang single parent dengan lima anak. Setiap hari, ia mempertaruhkan nyawanya demi sepotong roti.
Aku lihat ia panjat tali kapal Tidar,
Darah ini mendidih
Dada ini berdegup kencang
Was was, bila jatuh
Tenggelamkah ia?
Ironis, demi sepoting roti
Jiwa ini meronta, ingin menjerit.
Ini bukan tentang keberanian luar biasa,
Dan, bukan tentang sebuah garis nasib.
Ini tentang Mariama dan sepotong roti.
Ini tentang seorang perempuan memanjat tali kapal,
Mengejar impiannya demi anak-anak di rumah
Menunggu roti yang akan ia bawa pulang.
Ia hanya berharap dagangannya laku terjual kepada para penumpang kapal.
Ini bukan tentang belas kasihan,
Tapi demi sepotong roti dan keadilan.
Masih adakah keadilan itu di negeri ini?
Oh! Mariama,
tali kapal itu seperti jalan hidupmu
Hidup penuh risiko,
tanpa pengaman,
tanpa jaminan apapun.
Apalagi BPJS tenaga kerja
Tidak ada semua itu.
Kau berjuang sendiri
Mata hati mereka buta!
Kudengar suara datar,
parau dan bergetar:
“Kalau jatuh, itu risikoku sendiri. Demi anak-anak, saya berani.”
Oh! Mariama,
Kau pertaruhkan jiwamu demi anak-anak di rumah.
Demi sepotong roti,
Kau bergelantungan di atas tali kapal,
tidak ada gaji,
tidak ada tunjangan kerja yang mencapai ratusan juta per bulan.
Ia juga tidak menikmati anggaran sebesar 126 triliun rupiah setahun yang diterima sebagian kalangan di negeri ini.
Tidak ada itu.
Tidak ada!
Sebaliknya, ketika ia membeli sesuatu,
ia tetap membayar pajak
Ia ikut berkontribusi pada negara yang hampir tak pernah peduli padanya.
Para penikmat negeri ini pasti berkata:
“Berapa sih pajak yang kamu bayar! Aku bayar bajak pada negara ini lebih besar dari pajak yang kau bayar!”
Gila tidak?!
Penikmat ini anti kritik, merasa sok paling pahlawan.
Padahal mereka menikmati seluruh fasilitas yang diberikan oleh negara ini sangat lebih dari cukup.
Bahkan, tanpa modal pun, mereka punya saham!
Tanpa modal kok punya saham!
Cukup modal kekuasaan,
punya saham sekian persen.
Mariama tidak minta saham seperti para penguasa dan anak-anaknya.
Loh! Opo pengusaha itu tidak rugi?
Rugi ndasmu!
Lawong yang dikuras itu sumber daya alam rakyat ini kok rugi.
Bila perlu dioplos isi kepala mereka.
Agar bisa berfikir betapa pilu jeritan Mariama ini.
Ironis, bukan?!
Di negeri tempat Mariama hidup,
ada segelintir orang yang menikmati kemewahan dari uang pajak,
namun masih meminta jabatan tambahan.
Bahkan minta saham!
Bahkan anak-anaknya pun ujug-ujug punya saham. Tanpa modal.
Mariama tidak minta saham,
Hanya minta keadilan
Sedangkan para penikmat itu,
Mereka menerima begitu besar, tetapi terus meminta lebih banyak lagi.
Sebaliknya, Mariama—yang berjuang mati-matian demi kelima anaknya—tak mendapat perhatian sedikit pun.
Mariama adalah potret nyata
Perempuan berjuang demi keluarga.
Masih ada banyak perempuan hebat di luar sana
Berjuang dalam senyap,
bertahan demi keluarga tanpa mengharap belas kasihan dari siapapun.
Sementara mereka,
Yang di sama, merengek minta jabatan dan saham.
Bahkan minta lebih!
Sesungguhnya,
Kisah Mariama ini adalah teguran keras bagi kita semua:
Negeri ini mungkin besar,
tapi takkan pernah benar-benar maju,
bahkan tidak berkeadilan,
sebelum peduli terhadap orang-orang seperti Mariama.
Wes misu-misuo!
Tunjukkan pada dunia.
Ini negara tidak baik-baik saja.
Dan, sampaikan kisah Mariama ini kepada dunia.
Agar mereka sadar bahwa keadilan sosial bukan sekadar slogan,
melainkan kewajiban yang nyata untuk diwujudkan.
Jangan bilang, “Kamu yang gelap!”
Dan jangan bilang, “Ndasmu!”
Bila kapal induk Revolusi sudah menepi,
Jangan sampai memuntahkan pelurunya di atas pelataran lstana.
Kami hanya butuh keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. ***)
Posted: sarinahnews.com
Malang, 25 Maret 2025
Note: disunting dari IG: kulitintamks dari WAG
https://www.instagram.com/reel/DHftIoNJ7Jy/?igsh=MTlnOGxzMTJzYmgzaw==