Esai:
Syair Marhaenis: Bahasa Ontologis Politik
Oleh Djoko Sukmono
Politik adalah kekuasaan yang melembaga.
Di dalam politik hanya ada satu kata, yaitu: Perintah!
Politik itu adalah relevansi antara idiologi dengan keinginan rakyat.
Relevansinya berupa pendistribusian kelimpahan kepada kelangkaan
Politik itu dianalogikan sebagai angin yang artinya udara yang bergerak memasuki ruang-ruang yang kekurangan udara.
Demokrasi itu bukan politik melainkan instrumen politik.
Pemilu itu hanyalah pesta daripada demokrasi itu sendiri.
Hanya ada dua momen politik di NKRI ini, yaitu: Presiden dan Bupati/walikota.
Yang lainnya seperti mentari dan gubernur hanyalah kelengkapan dari momen politik di dalam distribusi kelimpahan.
Menteri adalah petugas Regulasi (Regulator).
Gubernur adalah petugas Administratif (Motor Penggerak Regulasi).
Distribusi kelimpahan inilah yang menjadikan politik selalu menjadi sorotan publik karena berhubungan dengan anggaran.
Hanya presiden dan bupati/walikota yang mempunyai Otonomi.
Ketika presiden mimpin rapat kabinet, dia adalah momen politik yang otonom.
Demikian juga ketika bupati/walikota, Rapat dia juga momen Politik yang Otonom
Oleh karenanya menjadi presiden maupun menjadi bupati/walikota itu adalah petugas Negara yang utama.
Tetaplah menjadi momen politik yang pancasilais.
Posted: sarinahnews.com
Surabaya, 18 April 2025
Penulis Djoko Sukmono Badan Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Pemuda Nasionalis Marhaenis (NASMAR)