OPINI, DJOKO SUKMONO: KEPADA PRESIDEN

OPINI, DJOKO SUKMONO: KEPADA PRESIDEN

 

SURABAYA, SARINAH NEWS, – Indonesia ini didirikan oleh para pendiri bangsa dengan kontruksi sosial yang otentik dan pasti bernama Pancasila, yang digali dari budaya dasar bangsa bernama ‘Gotong Royong’ dan hukum rasional yang bernama ‘Philosophy Grondslah’ (Filsafat Hukum). Kontruksi sosial ini tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Hanya sekali dalam sejarah, hanya sekali dalam waktu, suatu bangsa itu besar. Hanya sekali negara itu ada dan menjadi ada. Ketika bangsa itu lenyap, tidak akan ada sekecil apa pun bangsa tersebut kembali ada.

Yang tersisa hanyalah serpihan-serpihan kecil dari klaim bangsa tersebut yang akan terus menuju kepunahan.

Dari distribusi embriologis yang terseleksi, akan tumbuh tunas-tunas baru yang akan mengalami benturan-benturan topografis akibat distribusi geografis yang tak terelakkan.

Hal semacam itu adalah fakta historis bahwa populasi akan terus berkembang dan bertumbuh menjadi baru.

Sebagai contoh, kita dapat melihat kemunduran Kekaisaran Romawi. Pada puncaknya, Romawi adalah bangsa yang besar, negara yang kuat.

Namun, ketika kekaisaran itu runtuh, ia tidak pernah kembali dalam bentuk yang sama. Yang tersisa hanyalah potongan-potongan kecil dari kejayaan masa lalu: wilayah yang terpecah, budaya yang tersebar, dan klaim yang berserakan.

Tetapi dari kehancuran ini, tunas-tunas baru tumbuh, peradaban baru di Eropa yang berkembang melalui benturan geografis dan sejarah yang tidak terhindarkan, yang pada akhirnya membentuk dunia baru yang kita kenal sekarang.

Bangsa Indonesia ini membutuhkan penyambung lidah yang benar-benar mengerti dan memahami substansi.

Yang benar-benar mengerti dan memahami keberadaan Bangsa Indonesia ini.
Yang benar-benar mengerti dan memahami kondisi obyektif psikologis Bangsa Indonesia ini. Dan yang benar-benar mengerti dan memahami esensi dari eksistensi Pancasila sebagai budaya dasar bangsa.

Sudah waktunya memandang Indonesia saat ini dengan kacamata baru, dengan berpedoman kepada kondisi obyektif psikologis masyarakat bangsa saat ini, dengan melihat fenomena yang berkembang saat ini, serta dengan memahami saling keterkaitan antara kebijakan publik dan dampak akibat kebijakan tersebut terhadap kehidupan sosial masyarakat bangsa Indonesia secara utuh dan menyeluruh, tanpa saling menyalahkan satu sama lain, tanpa harus menyalahkan keadaan.

Ketika fungsi presiden sebagai kepala negara tidak difungsikan sebagaimana mestinya, maka bangsa dan negara Indonesia ini akan runtuh.

Sebagai kepala negara, fungsi presiden adalah melindungi segenap kehidupan bangsa dan mendistribusikan keadilan.

Seluruh rakyat Indonesia berhak membebankan seluruh harapan masa depannya kepada presiden. Oleh karenanya, presiden haruslah berjiwa besar, sebesar bangsa Indonesia ini.

Presiden haruslah mampu menanggung segala beban berat dan segala cita-cita dari seluruh rakyat Indonesia.

Jika propaganda politik terus-menerus ditumpahkan ke publik, jika informasi kehilangan maknanya (informasi adalah fakta yang sesungguhnya dalam artian pembongkaran secara radikal terhadap fenomena yang sedang berkembang), maka komunikasi yang sedang terjadi adalah komunikasi yang manipulatif.

Komunikator sebagai corong dalam penyampaian informasi adalah speaker yang bertanggung jawab penuh terhadap pembentukan kepribadian bangsa.

 

Ditulis oleh Djoko Sukmono
Pengamat Sosial Politik
Surabaya, January 21, 2025

Editor: Sarinah
Posted: sarinahnews.com