OPINI, DJOKO SUKMONO: DIKTATOR MAYORITAS

OPINI, DJOKO SUKMONO: DIKTATOR MAYORITAS

 

SURABAYA, SARINAH NEWS, – DIKTATOR MAYORITAS adalah sebuah pancang kebenaran dan kebaikan yang dianut oleh sebagian besar populasi manusia yang tinggal di muka bumi.

Bentuk riil “DIKTATOR MAYORITAS” adalah sebuah “Rezim”. Kategori Rezim ini memiliki perilaku sosial yang imperialistik, hegemonik, dan deterministik.

Keberadaan “Rezim” tersebut telah membawa umat manusia ke dalam situasi yang tidak menentu, karena rezim dengan segala perbuatannya menyebabkan penderitaan yang panjang dalam kehidupan manusia, terutama dalam membangun relasi dan interaksi dengan lingkungan sosialnya.

Sifat imperialistik “Rezim” ini telah melahirkan kebodohan, kemiskinan, dan penindasan yang tiada berujung, bahkan sulit untuk diketahui kapan semua itu akan berakhir.

Sementara itu, sifat hegemonik “Rrezim” dengan alat yang bernama “Rezim Politik” telah dengan sewenang-wenang memberlakukan berbagai regulasi yang wajib ditaati oleh seluruh elemen masyarakat dengan alasan distribusi keadilan dan kesejahteraan sosial dalam rangka mencapai kebahagiaan masyarakat.

Sifat deterministik rezim tampak dalam bentuk “Rezim Sosial” yang aktif membentuk opini publik, yang sejatinya adalah candu sosial.

Dalam kondisi demikian, “DIKTATOR MAYORITAS”, yang kekuatannya disokong oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hampir seluruh negara di dunia, benar-benar menjadi hantu ideologis, benar-benar menjadi “Drakula politik” yang mampu melakukan apa saja atas nama hukum dan kebenaran.

Sejarah peradaban manusia saat ini berada pada “Posisi esensinya yang disorientatif” terhadap realitas sosial konkret. Inilah sebabnya mengapa keberadaan “Diktator Mayoritas” menjadi pemegang kendali kehidupan sosial manusia.

Hal itu terjadi karena Diktator Mayoritas telah memiliki kompetensi dasar yang bernama: Gold, Gospel, War, Glory, and Victory.

Itulah talentanya.
Itulah rezim itu.
Itulah kebetulan Diktator Mayoritas, yang kekuatannya disokong oleh manusia-manusia konkret.

Inilah yang dinamakan keberadaan politik.
Maka, politik adalah kekuasaan yang melembaga. Maka, eksistensi politik adalah perintah.

“Diktator Mayoritas”, dengan rezim yang dimilikinya, tidak bisa dilawan dengan protes, bahkan jika melibatkan populasi manusia yang sangat besar sekalipun.

Waktu telah mengharu-birukan kehidupan anak-anak manusia. Hampir setiap anak manusia berpacu dengan waktu, sehingga tanpa terasa kehidupan sosial membawa perubahan yang begitu cepat.

Sudah hampir tidak ada ruang dan kesempatan bagi individu yang lemah untuk hidup layak sebagai manusia.

Hanya individu yang unggul yang memiliki peluang untuk mendapatkan keberuntungan.

Hidup adalah perjalanan panjang, lebih panjang dari panjangnya bumi, lebih tinggi dari galaksi, lebih lebar dari lebar bumi, bahkan lebih luas dari luasnya bumi.
Hidup juga harus memahami historisitas kita sebagai manusia.

Manusia adalah dimensi yang multi kompleks, konkret, dan individual, hidup dalam ruang dan waktu, berada pada posisi esensinya yang utuh sebagai eksistensi yang autentik.

Dengan demikian, tidak ada satu sistematika pun yang mampu menggeneralisasi setiap individu manusia.

Manusia adalah kebebasan, dan manusia berhak menciptakan dirinya sendiri dengan bebas.

Arah zaman telah membawa seluruh umat manusia ke dimensi yang kritis, di mana sudah tidak ada lagi batas-batas negara, batas budaya, dan batas sosial.

Kemudian, tanpa disadari, hampir setiap anak manusia yang tinggal di muka bumi adalah agen-agen dari Diktator Mayoritas. Mereka adalah scrup-scrub yang memperkuat keberadaan Diktator Mayoritas.

Tanpa disadari pula, secara turun-temurun, mereka telah menjadi manusia dogmatis yang bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan doktrin Diktator Mayoritas, meskipun zonder gaji.

Doktrin Diktator Mayoritas ini mengklaim dirinya sebagai pemilik nilai-nilai fundamental kemanusiaan.

Oleh karenanya, ia selalu berjanji kepada yang dikuasainya (seluruh populasi yang tinggal di muka bumi) bahwa kebebasan, kesetaraan, kesejahteraan, dan keadilan akan didistribusikan secara proporsional dalam rangka mewujudkan kebahagiaan umat manusia.

Janji-janji itu mencakup:
Kesehatan, pendidikan, dan segala fasilitas umum gratis.

Namun, itu semua tidaklah tiba-tiba turun dari langit. Sebaliknya, imbalannya adalah loyalitas yang absolut.

Inilah yang dinamakan berintegritas. Inilah percikan rasio historis tentang Diktator Mayoritas.

Dengan filosofi: Belum ada yang terungkap secara menyeluruh tentang seluruh realitas kehidupan sosial manusia yang tinggal di muka bumi dalam membangun relasi maupun interaksi yang mendunia. ***)

 

 

Editor: redaksi
Posted: sarinahnews.com
Surababaya, 23 January 2025

Ditulis oleh Djoko Sukmono, pengamat ‘Sosial Politik’ dan Akumni GMNI Jember