KOTA MALANG, SARINAH NEWS, – Aku duduk di pojok warkop Junaedi tepat dibawah jembatan penyebrangan jalan di Jl. Basuki Rahmat. Kunikmati malam Heritage sambil menungguh teman cantiku yang lagi mengais rejeki di trotoar Heritage Kayu Tangan.
Patut dipuji, terciptanya Kampoeng Heritage Kayu Tangan di tengah Kota Malang sebagai jawaban yang selama ini mengganggu pikiranku, “Kota Pariwisata, tak ada satu titik objek pariwisata!”
Ketika disampaikan, sejuta alasan dan bantahan muncul! Bukannya ciut nyali ini tetapi geli aja! Ah! Yang penting sekarang sudah ada pusat keramaikan kota. Tapatnya Object pariwisata!
Diakui atau tidak, pasti ada peningkatan PAD Kota Malang dan menciptakan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar.
Kemakmuran itu bukan soal banyaknya uang tetapi ketika hati ini terhibur dan mudah mendapatkan akses pelepas penat seharian kerja sudahlah cukup!
Menurut falsafah sistem pemerintahan kerajaan kuno: “Rakyat cukup diberi hiburan di tengah kota! Mereka tak banyak tuntutan!”
Tak banyak serikat-serikat atau perkumpulan tertentu yang ndongeng atau kasak-kusuk tentang korupsi! Tentang politik. Tentang pergerakan anti pemerintahan, tak seberapa dibanding ketika tahun 70an-80an, meledak di tahun reformasi 90an.
Di sini, Heritage ini, mereka bisa menikmati berbagai sajian kopi pinggiran trotoar. Sayangnya tidak ada jajanan Tempoe Doeloe! Aku yang sudah kewut (tua) ini kadang kangen jajanan tempoe doeloe.
Dipojok Heritage ini, ada coretan dinding yang susah diterjemahkan kecuali terlihat hanya sebagai keindahan ansich.
Suasana dingin ini jadi lebih menikmati suasana malam Heritage sesuai dengan suasana hati bagi yang renta sepertiku ini.
Yang muda pasti punya suasana hati yang beda! Mungkin suasana penuh bunga asmara bersanding dengan sang kekasih! Ah! Indahnya! Dunia milik mereka berdua! Bukan milikku.
Gitaris trotoar mengiburku dengan lagu-lagu romantisme. Ini bukan soal melo! Ini hati yang mau diajak menikmati lagu-lagu melo.
Inilah Heritage dikemas berbagai gemerlap suasana hati dan puluhan seniman trotoar yang membawaku bercerita tentang romantisme Kota Malang Tempoe Doeloe!
Tertatalah dengan humanis bukan tertata dengan dictatorial legacy yang mengatasnamakan hukum, walaupun aturan itu hukum. Dictatorial of law memang harus ditegakkan but not for criminal only!
Panglima hukum adalah jalan menuju kemakmuran, tak peduli siapa pun penguasa itu! Jangan penguasa jadi palu godam penegak hukum! Janganlah penguasa titahnya adalah hukum! Karena Republik ini bukan Negara Kerajaan! Presiden sekalipun harus tunduk pada hukum!
Presiden tak boleh semau gue menjalankan hukum yang dibuat bersama, karena hukum harus dijalankan setegak-tegaknya untuk masyarakat adil dan makmur. Hukum harus menjadi panglima tertinggi demi keadilan dan kemakmuran rakyatnya!
Heritage Kota Malang membawaku ke alam mimpi, bukan untukku tetapi untuk masa depan anak cucu kita semua.
Posted: sarinahnews.com
Heritage, Malang, 25 Januari 2025
Penulis: Editor Sarinah News