Sarinah: Emansipasi Wanita Indonesia Menurut Bung Karno

Sarinah: Emansipasi Wanita Indonesia Menurut Bung Karno

Kata Pendahuluan Buku Sarinah Karya Bung Karno: Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia, (1)

Esai:
Sarinah: Emansipasi Wanita Indonesia Menurut Bung Karno
(Esai, Pidato dan Pemikiran Bung Karno)
Oleh Sarinah

Prolog
Lama saya ingin mempelajari lebih dalam lagi tentang buku Bung Karno tentang Emansipasi Wanita Indonesia ditulis dengan judul, “Sarinah” (Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia), yang ditulis pada 3 November 1947 di Jogyakarta.

Bagi saya buku ini sangat menarik, karena isi buku ini tentang esai, kumpulan pidato dan pemikiran Bung Karno tentang emansipasi wanita Indonesia.

Ketertarikan saya dengan buku karya Bung Karno ini akan saya tuangkan dalam esai “Sarinah: Emansipasi Wanita Menurut Pemikiran Bung Karno”, setiap potongan pemikirannya yang akan tertuang dan terbagi dalam beberapa episode.

-o0o-

Perlu ditegaskan bahwa, “Sarinah” karya Bung Karno adalah buku non-fiksi yang termasuk dalam kategori tulisan sosio-politik dan emansipasi wanita.

Sarinah bukan sekadar biografi Sarinah, Sarinah adalah pengasuh Bung Karno semasa kecil. Perempuan pengasuh di rumahnya itu bernama, “Sarinah”. Ia abadikan dalam karya tulisnya (buku) dengan judul, “Sarinah”.

Ia tuangkan dalam pernyaataanya di Kata Pendahuluan Buku Sarinah: “Apa sebab saya namakan kitab (buku) ini “Sarinah”? Saya namakan kitab ini “Sarinah” sebagai tanda terimakasih saya kepada pengasuh saya, ketika saya masih kanak-kanak. Pengasuh saya itu bernama Sarinah. Ia “mBok” saya.”

Betapa besar pengaruhnya Sarinah terhadap diri Soekarno hingga mempengaruhi pandangan hidupnya, pemikirannya, sikap politiknya dalam berbangsa dan bernegara tentang kepribadian diri bagi wanita Indonesia dalam pandangannya.

Selanjutnya ia pertegas lagi, “Ia membantu Ibu saya, dan dari dia saya menerima banyak rasa cinta dan rasa kasih. Dari dia saya mendapat banyak pelajaran mencintai “orang kecil”. Dia sendiri pun “orang kecil”. Tetapi budinya selalu besar!” tulisnya.

Lebih dari itu, “Sarinah” merupakan kumpulan pidato dan tulisan Bung Karno yang membahas peran wanita dalam pembangunan bangsa Indonesia.

Bung Karno menekankan pentingnya peran wanita tidak hanya di rumah tangga, tetapi juga dalam kancah politik dan pembangunan nasional.

Sarinah ini berisi gagasan-gagasan Bung Karno tentang emansipasi wanita dan bagaimana perempuan dapat berkontribusi secara aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sarinah merupakan hasil kumpulan esai dan pidato dari kursus-kursus yang diberikan oleh Bung Karno kepada para wanita Indonesia, dengan gaya penulisannya yang lugas dan mudah dipahami.

Lebih daripada itu, Sarinah juga membahas isu-isu yang kompleks, baik sosial, politik dan kebudayaan.

Sarinah ini bukan karya sastra fiksi, melainkan sebuah karya non-fiksi yang memadukan unsur pemikiran politik, sosial, dan kebudayaan.

Buku Sarinah ini dapat dikategorikan sebagai tulisan pidato dan esai yang dikumpulkan menjadi satu kesatuan.

Sekali lagi, bahwa “Sarinah” bukanlah sekadar buku sejarah atau biografi, tetapi juga sebuah manifesto tentang peran wanita dalam konteks pembangunan Indonesia di masa lalu dan tentunya pada masa yang akan datang, karena buku ini masih relevan bagi perjuangan wanita masa depan.

Buku Sarinah ini penting untuk dipahami sebagai bagian dari pemikiran Bung Karno tentang emansipasi wanita dan peran perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

-o0o-

Kata Pendahuluan “Sarinah” oleh Soekarno

Kata pendahuluan dalam bukunya yang berjudul, “Sarinah”, ia tuliskan: “Sesudah saya berpindah kediaman dari Jakarta ke Yogyakarta, maka di Yogya itu tiap dua pekan sekali saya mengadakan “Kursus Wanita”.

Banyak orang yang tidak mengerti apa sebabnya saya anggap kursus-kursus wanita itu begitu penting.

Siapa yang membaca kitab (buku) yang saya sajikan sekarang ini, – yang isinya telah saya uraikan di dalam kursus-kursus wanita itu dalam pokok-pokoknya -, akan mengerti apa sebab saya anggap soal wanita itu soal yang amat penting.

Apa sebab saya namakan kitab ini “Sarinah”? Saya namakan kitab ini “Sarinah” sebagai tanda terimakasih saya kepada pengasuh saya, ketika saya masih kanak-kanak. Pengasuh saya itu bernama Sarinah. Ia “mBok” saya.” Tegas Soekarno dalam kata pendahuluan dalam buku Sarinah.

Buku Sarinah itu ia tulis atas permintaan banyak orang di eranya, karena masyarakat tertarik dan ingin mengabadikan setiap tindakan dan ucapan Bung karno sebagai dasar manifestasi politik pada masa pergerakan kemerdekaan Indonesia yang baru merdeka dari penjajahan kaum penjajah eropa dan asia. (Inggris, Belanda dan Jepang)

Seperti dalam pernyataanya (kata pendahuluan): “Atas permintaan banyak orang, apa yang saya kursuskan itu kemudian saya tuliskan, dan saya lengkapkan pula. Buku “Sarinah” inilah hasilnya.” Tulisnya.

Dan, ia pertegas lagi, “Soal wanita adalah soal masyarakat! Sayang sekali, bahwa soal wanita itu belum pernah dipelajari sungguh-sungguh oleh pergerakan kita. Sudah lama saya bermaksud menulis buku tentang soal itu, tetapi selalu maksud saya itu terhalang oleh beberapa sebab.

Tetapi sesudah kita memproklamasikan kemerdekaan, maka menurut pendapat saya soal wanita itu perlu dengan segera dijelaskan dan dipopulerkan.

Sebab kita tidak dapat menyusun Negara dan tidak dapat menyusun masyarakat, jika kita tidak mengerti soal wanita. Itulah sebabnya saya, setiba di Yogyakarta, segera mengadakan kursus-kursus wanita itu.”

Bung Karno adalah orang yang tak mudah melupakan orang-orang yang pernah dekat dan memberikan banyak kontribusi baik pemikiran dan tindakannya terhadap perjalanannya.

Ia selalu sampaikan dalam kesempatan apapun, termasuk beberapa orang yang memeberikan sumbangsih dan dukungan terhadap gelaran kursus-kursus wanita.

“… saya sudahi dengan mengucapkan
banyak terimakasih kepada saudara Mualif Nasution, yang selalu bekerja keras menyelenggarakan kursus-kursus wanita itu, dan menyelenggarakan penerbitan kitab (buku) “Sarinah” ini pula.”

“Moga-moga Tuhan membalas kebaikan Sarinah itu!”

-o0o-

Potongan-potongan tulisan Bung Karno yang tertuang dalam bukunya, “Sarinah” akan saya muat di Portal sarinahnews.com per-edisi hingga tuntas yang tertuang dalam bentuk esai.

 

Posted: sarinahnews.com
Malang, 19 Mei 2025

Disunting oleh Sarinah dari Buku Sarinah Karya Bung Karno, Cetakan pertama, 3 November 1947, Jogyakarta.

Sumber: :https://st.deepthought.industries/UFnyA3