Opini:
Refleksi Hari Pendidikan Nasional, Belajar Itu Wajib Seumur Hidup Tetapi Jangan Mau Menjadi Budak Kapitalisme
Oleh Djoko Sukomono
Pendidikan adalah alat sejarah dalam rangka terwujudnya kemanusiaan lonkret yang terbebas dari ekploitasi oleh manusia terhadap manusia
(Djoko Sukmono)
NEKOLIM
Korupsi adalah wajah baru dari feodalisme, kolonialisme, dan imperialisme; jangan harap dapat dihapuskan. Feodalisme telah mengalami redefinisi akibat perubahan struktur sosial dan konstruksi sosial.
Feodalisme kini tidak lagi berpusat pada penguasaan tanah atau buruh tani, melainkan berkembang menjadi penguasaan atas struktur-struktur sosial yang baru, yang kembali menancapkan konstruksi sosial yang lebih kokoh.
Demikian pula, kolonialisme telah berubah wujud menjadi kapitalisme birokrat yang mengeksploitasi sumber daya manusia melalui regulasi (waspada terhadap regulasi, karena ia adalah bentuk baru dari kolonialisme).
Imperialisme saat ini telah menjelma menjadi Demokrasi Liberal (waspada terhadap demokrasi dengan segala turunannya, seperti Pilpres, Pileg, dan Pilkada).
Kemenangan feodalisme, kolonialisme, dan imperialisme telah konkret dan tak terelakkan karena didukung oleh kapitalis, yang menggerakkan langkah-langkah berikutnya dalam memenuhi sejarah, dipimpin oleh kapitalis birokrat dengan instrumen tahan banting bernama penjahat negara, economicus capitalisme, serta neoliberal dan libertarian.
Negara bangsa Indonesia kini berada di ambang kekuasaan binatang buas yang kuat dan tahan banting, yaitu NEKOLIM.
Inilah situasi batas sosial-politik kita dan tinggal selangkah lagi sejarah akan berhenti dan berlabuh di Kapitalisme.
Sosialisme Indonesia telah terkubur bersama runtuhnya kekuasaan Paduka Yang Mulia Bung Karno.
Terminator telah memulai pekerjaannya untuk menghancurkan sistem sosial yang Ahistoris.
Apakah itu?
Dia adalah Konstruksi budaya dan konstruksi sosial yang sudah tua, dan rapuh, tetapi masih dipaksakan untuk dijadikan sandaran Sistem.
Pancang pancang kebenaran dan kebaikan lama tanpa dihancurkanpun juga akan hancur dengan sendirinya, namun dalam rangka percepatan evolosi maka tindakan Terminator untuk menghancurkannya adalah merupakan tindakan Revolusioner yang dikehendaki oleh Sejarah.
Bagi para scrub-scrub konstruksi budaya lama yang sudah aus (usang) termakan waktu memasuki situasi batas sosial yang bernama situasi penghapusan.
Berada pada ruang bahwa manusia konkret melanjutkan tindakan-tindakan produktifnya?
Manusia konkret berada pada posisi esensinya yang tergenggam erat oleh kehendak yang menghendaki adanya dan menjadinya manusia-manusia sejarah.
Percepatan evolosi itu adalah sebuah Revolosi Sosial yang tidak terelakkan, karena Indonesia adalah sebuah bangsa yang telah digembleng keadaan dan sebuah bangsa yang memiliki kemampuan untuk mengantisipasi segala macam tantangan dan ancaman.
Namum siapakah anak bangsa yang mampu membawa bangsa Indonesia ini terhindar dari Keruntuhannya?, sementara proses keruntuhan sudah berjalan.
Lanjutkan Revolusi Indonesia
M e r d e k a…!!!
Pendidikan dan Kebingungan Intelektual.
Pendidikan itu seumur hidup, hal Ini benar adanya tetapi di dalam proses menjadinya tidaklah sedemikian apabila pendidikan adalah sebuah media deterministik dalam rangka pembentukan kualitas manusia yang pada proses penyampaian Pesannya adalah sebuah transformasi nilai-nilai fundamental kemanusiaan yang bersifat tendensius.
Belajar itu seumur hidup, ini juga benar adanya karena didalam proses belajar terdapat berbagai methodologi dan tehnik yang relevan dalam rangka pembentukan Ketrampilan.
Yang didapatkan dari proses belajar adalah ketrampilan intelektual, Keterampilan berbicara, Keterampilan tangan dan sebagainya.
Untuk siapakah Pendidikan seumur hidup itu? Pendidikan dengan jargon fantastis itu tidak terhubung dengan situasi manusia konkret, juga tidak terhubung dengan peningkatan kualitasnya.
Pendidikan dengan sistemnya adalah ekspresi niscaya dari imperialis yang dengan sengaja menjadikan anak-anak bangsa Indonesia sebagai pekerja yang pada masa panen Kelulusan dipersiapkan untuk dijadikan mangsa para kapitalis.
Untuk apa peringatan hari pendidikan itu jika pemerintah dan masyarakat tidak mampu menghasilkan kualitas anak-anak bangsa yang mampu mengantisipasi segala bentuk perubahan sosial seperti memiliki kesadaran terhadap dirinya sebagai anak bangsa yang diikutkan peran aktifnya didalam pembangunan bangsanya.
Untuk apa peringatan hari pendidikan Nasional itu jika hanya sekadar basa-basi historis.
Untuk apa peringatan hari pendidikan Nasional itu jika Ing Ngarso Sung Tulodo tidak dipraktekkan oleh para pemimpin.
Untuk apa peringatan hari pendidikan Nasional itu jika Ing Madyo Mangun Karso tidak ada Manifestasinya.
Untuk apa peringatan hari pendidikan Nasional itu jika Tut Wuri Handayani yang merupakan semboyan Pendidikan Nasional hanya berupa tulisan ditembok-tembok sekolah.
Untuk apa?
Tentunya untuk sekadar menjalankan perintah konstitusi yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Ironis….. !!!
Pendidikan itu adalah sebuah media yang tidak deterministik melainkan bentuk-bentuk sekolah kebebasan yang Secara transhistoris adalah menyiapkan anak-anak manusia yang menyadari kebebasannya sebagai manusia yakni kebebasan berpikir dan kebebasan menyampaikan pendapat.
Pendidikan bukan alat kapitalis dalam rangka kejayaannya tetapi pendidikan adalah alat sejarah dalam rangka terwujudnya kemanusiaan konkret yang terbebas dari ekploitasi oleh manusia terhadap manusia.
Pendidikan berbasis budaya dan berorientasi kepada masa depan adalah pendidikan yang Pro-Kemajua.
Kemajuan bangsa Indonesia ini ditentukan oleh kesadaran bersama sebagai warga bangsa yang menjadikan pendidikan sebagai pendidikan kemanusiaan.
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang dijiwai oleh Pancasila, Pendidikan Nasional adalah pendidikan seumur hidup bagi pembentukan karakter bangsa, Pendidikan Nasional adalah pendidikan seumur hidup bagi pembentukan karakter bangsa yang Pancasilais.
Selamat hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025
Posted: sarinahnews.com
Surabaya, 2 Mei 2025
Penulis: Djoko Sukmono Badan Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Pemuda Nasionalis Marhaenis (NASMAR)