Imperialisme Cikal Bakal Sosialisme, Otorianisme dan Monoisme

Imperialisme Cikal Bakal Sosialisme, Otorianisme dan Monoisme

Artikel:
Imperialisme Cikal Bakal Sosialisme, Otorianisme dan Monoisme
Oleh Djoko Sukmono

 

MONOLOG
Imperialisme telah menjadi polemik sepanjang sejarah kekuasaan.

Peran strategis pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, aktor utama dalam revolusi maupun perubahan sosial.

Kemanakah kaum Marhaenis pada saat Ramadhan 2025?, bangunlah dari tidur panjangmu kawan!

Sistem sosial konkret akan melahirkan tunas muda baru yang memiliki keunggulan dalam berbagai dimensi kehidupan.

Bagi yang setuju dengan Imperialisme berarti dia adalah si imperialis Absolute itu!

Bagi yang menentangnya dia adalah Si imperialis Parlementer itu!

Imperialisme berwatakkan Imperialistik!

Imperialistik adalah gerak sejarah kekuasaan yang hadir dalam sejarah dan konkret dalam ruang dan waktu menjadi Negara!

Negara adalah lembaga imperialistik yang otentik.

PROLOG
Politik adalah kekuasaan yang melembaga.

Imperialis imperialis bersinggasana di dalam jantung politik yang bernama Perintah!

Demokrasi adalah Instrumen Politik yang didalamnya terdapat ruang bagi budak-budak imperialis yang bernama Drakula Politik!

Para penjahat negara diberi tempat terhormat di dalam rumah-rumah politik yang bernama Rezim Politik, Sosial, Keagamaan, Kebudayaan dan Rezim Keuangan.

Rakyat telah diberi secuil kekuasaan oleh Sang Imperialis yang bernama Demokrasi sebagai rumah bagi begundal-begundal politik.

IMPERIALISME
Sejak Kapan imperialis itu ada?
Imperialis itu ada sejak adanya Raja!
Sejak adanya Kekuasaan!
Sejak adanya ‘Negara’!

Siapakah Raja itu?
Raja adalah Bapak Manusia!
Siapakah yang menjadikannya?
Yang menjadikannya adalah anak-anaknya, cucu-cucunya, cicit-cicitnya dan seterusnya.

Sejak kapan itu ada?
Adanya sejak terjadinya Dekrit
Imperialisme adalah Nativis-nativis yang melekat pada setiap individu!

Yang disebut sebagai kehendak untuk berkuasa.

Yang disebut sebagai keberadaan manusia konkrit.

Yang disebut sebagai keberadaan manusia unggul.

Yang disebut sebagai keberadaan Supermen yang bermoral tuan.

Kemudian seiring waktu tanpa persyaratan yang ditentukan interaksi berlangsung dan terjadilah konflik konflik kecil disetiap interaksi.

Konflik Sosial pertama terjadi akibat kebiasaan lama berbenturan dengan kejadian yang diklaim oleh tradisi sebagai yang tidak sesuai dengan kebiasaan (KONVENSI).

Di kehidupan sosial manusia awal terdapat piagam (walaupun tidak tertulis karena tulisan masih belum ada) yang berbunyi: Hidup bersama, Menanam bersama, Panen bersama, Dikumpulkan bersama, dan Dimakan bersama.

Namun ada suatu situasi yang bersifat kebetulan yaitu ada beberapa orang dari kelompok induk tersebut berjalan melampaui batas wilayah kekuasaan kerajaan (Negara).

Kemudian kelompok kecil tersebut menemukan Sebuah lahan subur yang Secara topografis melebihi kesuburan yang ada di wilayah kerajaan (Negara) tersebut.

Kemudian daripada itu kelompok kecil tersebut mulai menggarap lahan subur tersebut dengan menanam tanaman yang biasa ditanam di kerajaannya (Negara).

Tanaman yang ditanam sama dengan yang ditanam di negaranya yaitu tanaman pangan.

Setelah itu kelompok kecil tersebut membawa ternaknya kewilayah disekitar lahan subur tersebut dan ternak itu tumbuh dan berkembang menjadi banyak dan kwalitasnya melampaui ternak yang ada di Negara asalnya.

Dikarenakan konsentrasi terhadap tanaman dan ternak ternaknya tersebut akhirnya kelompok kecil tersebut membentuk koloni baru dengan model meniru model model yang ada pada kelompok induknya (Negara asalnya)

Ketika musim panen raya tiba mendadak datanglah rombongan besar dari kelompok induknya ikut memanen tanaman yang ditanam oleh kelompok kecil tersebut.

Inilah awal terjadinya konflik sosial antara kelompok induk dengan kelompok kecil tersebut.

Namum berhubungan mereka yang konflik itu adalah masih keluarga besar Sendiri maka Raja (sang imperialis) bisa menyelesaikan konflik sosial ini dengan damai.

Inilah awal terbentuknya Ketetapan/Peraturan/Undang-undang namun karena tidak tertulis diberi nama ‘Konvesi’.

Konvensi,
Pembukaan,

Bahwa sesungguhnya seluruh wilayah kerajaan manusia yang luas ini adalah milik bersama.

Bumi Air dan segala yang tumbuh di atasnya dikuasai oleh Kerajaan (Negara).

Dan digunakan untuk kebutuhan seluruh warga kerajaan (‘Negara’) tanpa kecuali.

 

Semua untuk semua (Cikal bakal Sosialisme)

Satu Untuk semua (cikal bakal Otorianisme)

Semua untuk satu (Cikal bakal Monoisme)

 

Dengan yang sedemikian itu tertuanglah sebuah konvensi yang berbunyi:

Kelompok induk diperbolehkan ikut memanen namun seluruh hasil panenan tidak lagi menjadi milik kelompok induknya melainkan ada pembagian yang proposional yang disebut ‘Upah’.

Hal ini terjadi dikarenakan kelompok induk tidak ikut menanam dan memelihara.

Pada proses dan tahapan berikutnya, Raja (sang imperialis) memberikan wilayah koloni tersebut kepada kelompok kecil tersebut dengan kewajiban membayar upeti kepada kerajaan (kelompok induk).

Akhirnya setiap panen raya baik tanaman pangan maupun hasil ternak, kelompok kecil berkewajiban menyetorkan upeti ke kelompok induknya (Kerajaannya/Negaranya).

Seiring waktu peristiwa sosial terjadi.

Kekuasaan bapak manusia semakin luas.

Hal itu dikarenakan ditemukan koloni-koloni baru.

Struktur demogaphy mulai terbentuk.

Raja-raja kecil terus tumbuh dan berkembang menjadi Kolonialis baru yang secara heryditer sebagai imperialis Imperialis yang tak terhindarkan.

Imperialisme mulai terkonsep secara terstruktur.

Sosial budaya mulai bertumbuh dan berkembang mengikuti pergerakan Kolonialisme dan Imperialisme.

Bagi yang superior dijadikan penguasa dengan sistem natural yang dianut oleh anak manusia pada saat itu.

 

Perang pun tak terelakkan lagi

Kehendak untuk berkuasa penuh memicu tumbuhnya Nasionalisme.

Inilah awal adanya Bangsa-bangsa.

Adalah suatu keniscayaan bahwa kekuasaan tidak bisa disaingi oleh Kekuasaan yang lain.

 

Tidak ada Dua Matahari!

Kekuasaan bapak manusia yang terbesar dan terkuat saat itu telah membuat Piagam-piagam dalam rangka kekuasaanya.

Rezim Politik mulai terbentuk dengan nama Patriaki.

Kemudian Rezim Agama dibentuk!

Yang disusul oleh pembentukan Rezim yang lain dalam memperkuat keberadaan rezim politik.

 

Pemberontakan terjadi dimana-mana!

Koloni-koloni yang tersebar cukup banyak mulai berani menyatakan tidak tunduk lagi kepada Kerajaan induk.

Hal yang sedemikian itu berakibat kepada terbunuhnya banyak anak-anak manusia

Dan menjadinya janda janda yang ditinggal mati oleh pasangannya dikarenakan Perang!

Tiba-tiba gemuruh tentara gabungan dari berbagai koloni menyerang Ibu Kota dan berhasil membunuh Bapak Manusia (Raja) dan kerajaan terbesar itu jatuh.

Kekuasaan berpindah kepada Raja baru yang disebut sebagai seorang Imperialis Parlementer.

Kematian Sang imperialis absolute telah menandai terjadinya ritual-ritual dalam bentuk upacara.

Tulisan ini tidak berlandaskan kepada Historiography maupun pemikiran-pemikiran primordial yang telah banyak beredar di kalangan masyarakat luas, melainkan berdasarkan Rasio Historis dengan metode Reflektif Thingking (Trans Historis). ***)

 

 

Posted: sarinahnews.com
Surabaya, 9 Maret 2025

Note:
Tulisan ini adalah serial ke 1,
Imperialisme Cikal Bakal Sosialisme, Otorianisme dan Monoisme

Penulis: Djoko Sukmono
Badan Pendidikan dan Pelatihan NASMAR

Sumber:

IMPERIALISME Seri Pertama, Cikal Bakal Sosialisme, Otorianisme dan Monoisme