Artikel, Imperialisme Serial 2

Imperialisme: Pemerintahan Digenggaman Kekuasaan Rezim Theokrasi
Oleh Djoko Sukomono

Imperialis sedang melihat dunia bekerja
Imperialis sedang memetakan strategi sistem sosial.
Imperialis sedang menghitung tindakan tindakan produktifnya.
Sebagai Imperialis mereka mulai merenungkan tentang kelanjutan kelanjutan pergerakannya.

MONOLOG
Di sebuah istana megah yang dibatasi oleh dinding dinding misterius, tembok-tembok putih bersih, rumput hijau dan gerbang-gerbang kokoh serta moment-moment keamanan yang representatif, disitu, di singgasana itu Bercokol Para Imperialis sedang memandang dunia.

Apakah sejarah harus diakhiri di sini saja dengan kemenangan berhenti Kepada Imperialisme?

Ataukah diserahkan kepada mekanisme pergerakan alamiah sehingga kerja dunia memasuki orde Liberal.

Kemudian dari pada itu para Imperialis Parlementer menyodorkan proposal yang berbunyi sbb :

Hai!, Imperialis absolute harimu telah berakhir dan kesenjaan hidupmu sudah tidak terhindarkan lagi.

Singgasanamu telah dikepung oleh kehendak sejarah yang bernama Hukum Rasional Sejarah dan sejarah yang telah menyerahkan estafetnya kepada kami (Para Imperialis Parlementer ini).

PROLOG
Kematian Imperialis absolute diumumkan dan upacara penghormatan dilakukan dengan ritual yang Sakral dan keramat.

Persembahan dilaksanakan oleh para Imperialis Parlementer  kemudian hari itu diperingati sebagai hari berkabung dunia.

Disetiap penjuru dunia sampai kepada lorong-lorong terkecilnya menjalankan upacara sakral dengan ritual-ritual yang beranekaragam sesuai dengan tradisi di wilayah sosial budaya masing-masing.

Inilah awal tumbuhnya tunas-tunas baru yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

Inilah yang dinamakan Hukum Rasional Peralihan dari ini juga lah yang menimbulkan terjadinya Hukum Rasional Perubahan.

IMPERIALISME PARLEMENTER

Imperalisme Parlementer adalah kumpulan dari berbagai pandangan tentang kekuasaan yang setiap pengambilan keputusannya dilakukan dengan cara yang lebih cermat.

Tidak ada yang lebih istimewa bagi setiap Imperialis, mereka memiliki Kesetaraan di dalam menempati posisi, mereka diperkenankan juga untuk menempati sebagai Oposisi.

Rasio Historis dengan Reflektif Thingking-nya melihat potret anak manusia yang telah menjadi Imperialis Parlementer.

Para Imperialis ini adalah anak-anak manusia yang mendapatkan kedudukan baru yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.

Tiba-tiba diantara mereka ada yang jadi RAJA yang dikarenakan dianggap oleh Para Imperialis Parlementer sebagai yang terhebat.

Kemudian secara stratifikatif pembagian kekuasaan dilaksanakan dengan model yang termodifikasi dari sebelumnya.

Maka terbangunlah Pemerintahan baru tersebut dengan model desain yang baru namun masih melanjutkan model-model lama dengan sedikit perubahan yang dianggap perlu.

Raja Baru ini adalah seorang anak manusia yang secara garis keturunan berasal dari serpihan-serpihan keturunan yang sudah terhubung secara vertikal dengan Bapak Manusia (Sang Imperialis Absolute).

Sementara yang merasa memiliki Keturunan langsung dari Bapak Manusia (sang Imperialis Absolute) merasa bahwa kekuasaan itu yang bukan keturunan langsung dari Bapak Manusia (Sang imperialis Absolute) adalah tidak SAH.

Sementara itu koloni-koloni yang diperintah oleh antek-antek Imperialis Parlementer mulai lalai di dalam melaksanakan Pemerintahannya dikarenakan di pusat pemerintah Imperialis Parlementer juga melakukan hal yang sama.

Sementara itu, anak manusia yang merasa memiliki garis keturunan langsung dari Bapak Manusia mulai membangun tempat-tempat persembahan kepada leluhurnya yaitu Bapak Manusia (Sang Imperialis Absolute) itu.

Kondisi seperti itu berlangsung cukup lama, bisa dinyatakan mencapai 7 generasi.

Pergantian kepemimpinan di pemerintahan Imperialis Parlementer tidak ada hambatan yang berarti dikarenakan dengan mekanisme yang kompromis yang cenderung tidak menimbulkan disorientasi maupun disintegrasi.

Namun, dikarenakan pemerintah lalai dalam mengawasi kegiatan ritual yang dilakukan oleh para pengeklaim keturunan sang Imperialis Absolute tersebut maka kekuatan ini menjadi sebuah kekuatan besar yang sewaktu-waktu bisa meledakkan ‘Pemberontakan!’.

Kematian Bapak Manusia (sang Imperialis Absolute) telah menjadikan sebuah pandangan baru yang sanggup membentuk loyalitas dan integritas terhadap pemimpin spiritual dengan berlindung kepada Kebesaran Nama Bapak Manusia (Sang Imperialis Absolute).

Perang pun tidak terelakkan lagi, dikarenakan kekuatan pasukan Sang imperialis ABSOLUTE cukup militan dan menang dalam jumlah, sedangkan posisi pemerintahann Imperialis Parlementer dalam keadaan rapuh dikarenakan tidak menjalankan pemerintahan sebagaimana mestinya.

‘Inilah kelanjutan dari Imperialisme itu!’

Setelah tumbangnya Imperialis Absolute dan digantikan oleh Imperialistik Parlementer kondisi obyektif psikologis masyarakat semakin jauh dari keadilan yang dulu pernah didapatkan dari Bapak Manusia (Sang Imperialis Absolute).

Maka tumbanglah pemerintah Imperialis Parlementer itu!

Dan, Pemerintahan jatuh ke Genggaman sebuah REZIM BARU yang BERNAMA REZIM THEOKRASI!

Inilah IMPERIALISME TOTALITER Itu! ***)

 

Posted: sarinahnews.com
Surabaya, 9 Maret 2025

 

Penulis: Djoko Sukmono
Badan Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Pemuda Nasionalis Marhaenis (NASMAR)

Note:
1. Theokrasi adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi dipegang oleh pemimpin agama atau lembaga keagamaan.

Dalam sistem ini, hukum dan kebijakan pemerintah didasarkan pada ajaran agama dan dianggap sebagai perintah Tuhan.

Namun, perlu diingat bahwa tidak semua negara dengan mayoritas penduduk beragama tertentu adalah theokrasi.

Banyak negara yang memisahkan agama dari negara dan menerapkan sistem demokrasi atau sistem pemerintahan lainnya.

2. Imperialisme Seri Pertama, Cikal Bakal Sosialisme, Otorianisme dan Monoisme  Bisa Dibaca di👇

IMPERIALISME Seri Pertama, Cikal Bakal Sosialisme, Otorianisme dan Monoisme

Sumber: Imperialisme Seri Kedua,

IMPERIALISME Serial kedua, Pemerintahan Jatuh ke Genggaman Sebuah Kekuasaan Baru Yang Bernama REZIM THEOKRASI